Cara Melatih Ayam Sabung Anda Menjadi Lebih Agresif
Agen Sabung Ayam - Cara Melatih Ayam Sabung Anda Menjadi Lebih Agresif Ayam sabung milik anda sudah memiliki mental dan tubuh yang ideal? Ada baiknya jika ayam tersebut juga agresif...
Situs Berita dan Judi Agen Sabung Ayam Terbaik di indonesia
Ada sebuah kerajaan yang sangat makmur, kerajaan itu bernama kerajaan Galih Pakunan. uang dipimpin oleh seorang raja bernama Raden Barma Wijaya Kusuma. Rakyat sangat mencintai sang raja, karena kepemimpinannya yang adil dan bijak. Raja selalu mengutamakan kepentingan rakyat, selalu memberi solusi yang terbaik untuk rakyat kerajaan Galih Pakunan.
Raja memiliki patih yang bernama Uwak Batara Lengser, dan juga memiliki dua orang permaisuri, ialah Dewi Naganingrum dan Dewi Pengreyep. Kehidupan kerajaan pun berjalan dengan tenang dan damai.
Namun pada suatu hari, kedua permaisuri tersebut hamil dalam waktu yang bersamaan. Hingga beberapa saat waktu berjalan, Dewi Pengreyep ternyata melahirkan bayi terlebih dulu, ia melahirkan bayi laki-laki yang sangat tampan dan diberi nama Hariangbanga. setelah beberapa hari, Dewi Naganingrum pun juga melahirkan seorang bayi yang tak kalah tampan dari Hariangbanga.
Dewi Pengreyep tidak suka dengan kelahiran bayi Dewi Naganingrum, karena dianggap menjadi saingan putranya untuk menjadi raja tunggal di kerajaan Galih Pakunan dan menguasai seluruh harta kerajaan. Ternyata ia menyusun rencana jahat untuk menukar bayi Dewi Naganingrum dengan seekor anak anjing yang masih kecil.
Seluruh isi kerajaan gempar karena hilangnya bayi Dewi Naganingrum. Raja sangat gelisah dan sedikit tidak percaya karena permaisuri Dewi Naganingrum melahirkan seekor anjing. Dengan perasaan marah, raja memerintahkan sang patih untuk membunuh Dewi Naganingrum di tengah hutan.
Patih Uwak Batara Lengser tidak tega membunuh Dewi Naganingrum, ia membuat rencana kalau seakan-akan permaisuri sudah dibunuhnya. Kemudian sang patih mengajak Dewi Naganingrum ke hutan dan membuatkan sebuah gubuk disana.
“Permaisuri, maafkan hamba. Hanya ini yang bisa hamba lakukan untuk menyelamatkan permaisuri” ucap Uwak Batara Lengser.
“Terima kasih, patih. kamu tidak membunuhku. Aku tahu, ada seseorang yang ingin mengancurkanku dan anakku” jawab Dewi Naganingrum.
Di tengah hutan, Dewi Naganingrum hidup sendirian. Ia berharap, anak kandungnya yang hilang segera ditemukan. Karena ia sangat rindu sekali dengan anak itu. Sementara itu sang patih mengahadap raja dan melapor bahwa ia sudah membunuh Dewi Naganingrum dengan menunjukkan pedang yang berlumuran darah binatang. Sang raja pun percaya dengan patih Uwak Batara Lengser.
Bayi Dewi Naganingrum yang dibuang dibuang oleh Dewi Pengreyep, ditemukan oleh sepasang suami istri yang sudah tua dan tidak memiliki anak. Mereka menemukan bayi itu ditepi sungai saat hendak mencari ikan, alangkah bahagianya kedua suami istri itu menemukan bayi yang tampan dan lucu.
Waktu terus berjalan, Bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah rupawan dan diberi nama Ciung Wanara. Ia ingin sekali mengembara ke Galih Pakunan, namun tidak di ijinkan oleh kedua orang tua angkatnya. Ciung Wanara tetap mambujuk agar di ijinkan kesana. Sebelum berangkat Ciung Wanara bertanya siapakah sebenarnya orang tua kandungnya, orang tua angkat Ciung memberitahu bahwa Ayah kandungnya adalah Raja Galuh Pakunan dan Ibunya adalah Dewi Naganingrum yang telah dibuang di hutan.
Berangkatlah Ciung Wanara ke Galuh Pakunan, ia membawa ayam jantan kesayangannya. Sesampainya disana, Ciung Wanara menantang ayam milik raja untuk di adu. Raja pun menyetujuinya.
“Bila ayam hamba kalah, hamba rela melepas nyawa hamba. Namun bila ayam hamba menang, hamba minta separuh kerajaan untuk hamba” ucap Ciung Wanara.
“Baiklah anak muda, saya setujui permintaanmu” jawab raja.
Setelah itu ayam mulai di sabung, pertarungan sangat seru. Ayam jantan milik raja tampak kewalahan melawan ayam jantan milik Ciung Wanara. Dan pada akhirnya, ayam jantan milik raja kalah.
“Ampun baginda, ayam jantan hamba berhasil menang” ucap Ciung Wanara.
“Siapakah nama kamu, anak muda?” tanya raja.
“Hamba Ciung Wanara, dari desa seberang” jawab Ciung Wanara.
“Apa sebenarnya tujuanmu datang kemari?” tanya raja.
“Ampun baginda, hamba memiliki telur ayam yang selama setahun induknya mengandung namun telur itu dibuang sebelum induk ayam melihat telur itu” jawab Ciung Wanara.
mendengar kata-kata Ciung wanara, raja tiba-tiba teringat dengan permaisuri Dewi Naganingrum. Raja pun menepati janjinya kepada Ciung Wanara untuk memberi separuh kerajaan dan membaginya dengan Raden Hariangbanga.
Setelah beberapa saat, Ciung Wanara berhasil mengungkap kejahatan Dewi Pengreyep dan menjebloskannya ke penjara kerajaan, mendengar berita itu, Raden Hariangbanga marah, ia menantang Ciung Wanara untuk bertarung. Pertarungan kakak beradik itu tak bisa dihindari. Raden Hariangbanga harus mengakui kesaktian Ciung Wanara, ia kalah dalam pertarungan.
Sejak saat itu, kerjaan galuh terbagi menjadi dua. Ciung Wanara berhasil menjemput ibu kandung nya di hutan, kini mereka kembali bersatu. Sementara orang tua angkat Ciung Wanara diajak ke kerajaan dan hidup disana.
“Jauhi sifat iri dan dengki, karena itu akan menghancurkanmu. Kejahatan walau ditutupi serapat apapun suatu saat pasti akan terungkap.”